Selasa, 12 Oktober 2010

Fungsi Rumah Dalam Status Sosial Masyarakat

Rumah dibangun dengan harapan memenuhi kebutuhan lahir dan batin pemiliknya. Melalui tatanan fungsi ruang dan fasilitasnya, dapat ditelusuri bagaimana nilai yang dipegang dan berusaha diturunkan dalam sebuah keluarga. Selain memiliki hubungan ke dalam (dengan penghuni), rumah juga mempunyai hubungan keluar, yaitu dengan lingkungan sekitarnya.

Rumah nyaman adalah rumah yang proporsional, memenuhi kebutuhan lahir dan batin penghuninya. Sebuah keluarga mempunyai tingkat proporsi kenyamanan yang berbeda-beda. Tidak jarang keadaan nyaman itu diciptakan dengan sengaja, misalnya dengan menghadirkan suasana luar (alam) ke dalam rumah. Kenyamanan sebuah rumah juga bisa diukur dari fungsi perlindungan fisik (misalnya dari perubahan iklim dan cuaca, dsb.) dan non-fisik (misalnya sebagai batas privasi). Batas privasi dan keamanan sebuah rumah nyaman, tidaklah diukur dari tinggi dan kokohnya bangunan (tembok, pagar, dan unsur lainnya) tetapi juga akibat dari hubungan sosial penghuni rumah dengan lingkungannya yang terbina dengan sangat baik. Sebagian besar, ciri-ciri fisik rumah keluarga besar saya adalah: memiliki halaman yang luas, pagar sangat rendah, memiliki ruang terbuka yang sangat mudah diakses, dapur yang besar dan berjumlah lebih dari satu, serta ruang persediaan bahan makanan.
Seseorang lahir dan dibesarkan dalam sebuah rumah, dalam lingkup kecil adalah keluarga dan yang lebih luas adalah masyarakat. Keluarga dan masyarakat berperan erat membentuk kepribadian seseorang. Pengertian rumah bagi seseorang bisa mengandung dimensi yang luas. Menurut saya, rumah adalah: keluarga dengan budaya internal beserta sejarahnya serta lingkungan alam, masyarakat dengan budaya lokal. Kedua poin tersebut terangkum dalam rumah-rumah leluhur saya.
Pengertian rumah sifatnya adalah fisik dan non-fisik. Sebagai ilustrasi untuk menjelaskan hubungan antara rumah dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya, di bawah ini adalah gambaran dalam kehidupan keluarga besar saya. Rumah bukan hanya milik keluarga inti, namun untuk seluruh anggota keluarga (dari kakek, saudara kakek, kerabat, hingga keluarga pengasuh atau pembantu). Seorang anak dalam keluarga dapat bermalam dan makan di semua rumah kerabat. Ideologi ini diturunkan oleh anggota keluarga tertua. Seorang leluhur dalam silsilah keluarga saya adalah tokoh sentral yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan pola pikir keluarga besar. Sejarah hidupnya selalu dikenang oleh semua anggota keluarga, demikian juga cara berpikir dan bersikap yang selalu menjadi acuan bagi saya. Pekerjaan yang padat tidak menghambatnya untuk berkumpul bersama keluarga, kehidupan sosialnya terpelihara dengan sangat baik, aktif mendukung kegiatan lingkungan dan memiliki hubungan yang baik dengan banyak pihak.
Sisa-sisa masa lalu keluarga, baik memori maupun artefaknya (termasuk rumah-rumah yang dibangun dan dihuni oleh leluhur), didukung dengan lingkungan alam dan budaya lokal masyarakat sungguh menarik, karena membangun imajinasi akan sebuah kehidupan yang ideal bagi saya.


Pengertian status sosial sendiri adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Dalam struktur masyarakat, orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan di tempatkan lebih tinggi di bandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Bangunan rumah orang-orang yang tergolong dalam kelas menengah keatas dan menengah kebawah pasti mempunyai perbedaan. Contohnya rumah para pejabat tinggi dengan rumah karyawan biasa. Dari contoh tersebut bisa kita simpulkan bahwa keadaan ekonomi dapat mempengaruhi status sosial seseorang dalam masyarakat sekitar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar